Selasa, 31 Maret 2009


Tanggul Situ Gintung Jebol

Akibat Minimnya Monitoring & Perawatan Tanggul

Jebolnya tanggul Situ Gintung di Tangerang, Banten yang menewaskan ratusan orang sebenarnya bisa dicegah. Hal itu bisa terjadi asalkan ada monitoring dan perawatan rutin terhadap tanggul.

Demikian pendapa
t yang dikemukakan peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Edi Prasetyo Utomo di Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI di Bandung, Jawa Barat, Selasa (31/3/2009).

Edy megatakan minimnya motoring dan perawatan Situ Gintung jadi salah satu faktor penyebab jebolnya tanggul. "Saya menduga tidak ada monitoring dan perawatan terhadap konstruksi Situ (Gintung)," ujarnya.

Monitoring yang dimaksud Edy terkait dengan daerah aliran sungai (DAS) dan daya tampung air di tanggul. Data itu meliputi ketersediaan data soal curah, intensitas, dan waktu turunnya hujan yang bisa menjelaskan kapan tanggul terisi penuh dengan air.

Dengan data itu, lanjut Edy, setidaknya bisa diprediksi seandainya tanggul akan jebol lantaran volume air di tanggul penuh.

"Data yang saya peroleh puncak hujan terjadi pada pukul 16.00 sampai pukul 18.00 WIB dengan curah hujan 22,6 milimeter per-jam. Pukul 22.00 WIB air sudah melewati batas, Kenapa bisa jebol? Padahal tahun 2007 yang curah hujannya 158 milimeter saja tidak," papar Edy lagi.

Karena itu, untuk membantu monitoring Situ Gintung, Edy menyarankan dipasang Automatic Rainfall Gauge (ARFG) yakni alat pemantau curah hujan untuk memonitor curah dan intensitas hujan, serta bisa mengukur kapan air akan sampai di suatu tanggul.

"Idealnya ini dipasang tiap 10 km dan harganya tidak sampai Rp 10 juta per-unit," jelasnya.

Soal perawatan tanggul, Edy mengatakan konstruksi Situ seharusnya dipantau lebih jeli. Apalagi Situ Gintung adalah tanggul yang dibangun sudah lama sejak tahun 30-an. Ia mengusulkan daerah sekitar bendungan seharusnya dirawat dengan baik, termasuk soal kelayakan Situ. Sehingga jika ada potensi kerusakan bisa segera teratasi.

Misalnya soal kekuatan tanggul, harus dipantau kekuatan tanggul menahan air. "Di situ ditemukan amblesan dan kekeroposan. Itu harus segera diatasi dengan grooting," imbuhnya.

Ia juga meminta di sekitar poros bendungan tidak ada bangunan yang didirikan, "Untuk konstruksi Dam tipe urugan sangat terlarang adanya pemukiman dan bangunan lain selain bangunan pemantau," tambah Edy.

Faktor utama jebolnya Situ Gintung, dijelaskan Edy adalah akumulasi dari minimnya monitoring dan perawatan tanggul. Kerusakan kecil sudah terpantau dari dulu, tapi tidak teratasi.

"Termasuk infrasturktur di situ sudah tua dan tidak ada monitoring. Ditambah lagi debit hujan tinggi, dan banyak bangunan di sekitar poros bendungan," pungkasnya.

Berita Lainnya

 

Copyright © 2009 by OKAPRODUCTION